Hambatan Atmosfer
Hambatan atmosfer adalah tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer yang tidak seluruhnya dapat mencapai permukaan bumi secara utuh karena sebagian terhalang oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air, dan berbagai macam gas.
Partikel Penyebab Hambatan Atmosfer
Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas-gas yang tidak tampak dan tidak berwarna. Sekitar 99% didominasi oleh gas nitrogen dan oksigen, dan yang paling banyak jumlahnya di atmosfer adalah nitrogen. Empat gas, nitrogen, oksigen, argon dan karbondioksida meliputi hampir seratus persen dari volume udara kering. Gas lain yang stabil adalah neon, helium, metana, kripton, hidrogen, xenon dan yang kurang stabil termasuk ozon dan radon juga terdapat di atmosfer dalam jumlah yang sangat kecil. Selain udara kering, lapisan atmosfer mengandung air dalam ketiga fasanya dan aerosol atmosfer.
Oleh karena itu, udara kering yang murni di alam tidak pernah ditemui karena 2 alasan, yakni adanya uap air di udara yang jumlahnya berubah-ubah dan selalu ada injeksi zat ke dalam udara, misalnya asap dan partikel debu. Udara seperti ini disebut udara alam. Berikut adalah beberapa partikel yang menyebabkan hambatan atmosfer:
1. Debu
Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Jumlah debu berubah-ubah bergantung pada tempat. Di pegunungan, jumlah debu hanya beberapa ratus partikel tiap cm3, tetapi kota besar, daerah industri, dan daerah kering, jumlah debu dapat mencapai 5 juta tiap cm3. Konsentrasi debu umumnya berkurang dengan bertambahnya ketinggitan, meskipun debu meteorik dapat dijumpai pada lapisan atmosfer atas. Sumber debu beraneka ragam, yaitu asap, abu vulkanik, pembakaran bahan bakar, kebakaran hutan, bakteri, spora, tepung dan serbuk dari tanah yang berhembus ke atas, partikel garam yang masuk ke dalam atmosfer dari percikan air laut, dan sebgainya. Partikel debu yang bersifat higroskopis akan bertindak sebagai inti kondensasi. Debu higrokopis yang penting ialah partikel garam, asap batu bara atau arang. Kabas (smog) singkatan dari kabut dan asap (smog and fog) adalah kabut tebal yang sering dijumpai di daerah industri yang lembab. Debu dapat menyerap, memantulkan, dan menghamburkan radiasi yang datang. Debu atmosferik dapat tersapu turun ke permukaan bumi oleh curah hujan. Tetapi kemudian atmosfer dapat terisi partikel debu kembali.
2. Uap Air
Kandungan uap air di atmosfer mudah berubah menurut arah (horizontal & vertical) maupun menurut waktu. Air (H2O) di atmosfer memiliki bentuk yang bermacam-macam, mulai dari uap air (gas), air (cair), dan es (padat). Proses pengangkatan air ke udara dalam bentuk uap air (evaporasi), kemudian terjadi pendinginan pada level tertentu sehingga berubah menjadi awan yang memiliki komposisi bentuk air (kondensasi) kemudian turun sebagai hujan (presipitasi). Jika naik lagi ke atas sampai air berubah menjadi es (suhu yang sangat dingin) maka akan turun sebagai salju. Jumlah uap air selalu berubah karena terjadinya penguapan dan kondensasi secara terus menerus. Di atmosfer, uap air terdapat pada lapisan troposfer yang merupakan lapisan terbawah atmosfer. Lapisan ini mencakup 8 km di kutub dan 16 km di ekuator, atau rata-rata 12 km. Sumber uap air utama adalah lautan. Uap air berperan sangat penting di atmosfer karena mengeluarkan bahang yang sangat banyak yang disebut bahang laten (latent heat). Bahang laten ini merupakan sumber utama dalam pembentukan badai seperti hujan badai, hujan es, salju, dan hurricane. Uap air juga merupakan gas rumah kaca karena menyerap radiasi yang keluar dari bumi sehingga bumi menjadi lebih hangat.
3. Nitrogen
Nitrogen (N2) terdapat di udara dalam jumlah paling banyak, yaitu meliputi 78 bagian. Nitrogen tidak langsung bergabung dengan unsur lain, tetapi pada hakikatnya unsur ini adalah penting karena nitrogen merupakan bagian dari senyawa organik.
4. Oksigen
Oksigen (O2) sangat penting bagi kehidupan, yaitu untuk mengubah zat makanan menjadi energi hidup. Oksigen dapat bergabung dengan unsur kimia lain yang dibutuhkan untuk pembakaran.
5. Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida merupakan komponen atmosfer meskipun hanya sedikit (0,038%) tetapi berperan sangat penting. Karbon dioksida berasal dari berbagai sumber seperti pembusukan vegetasi, hasil buang pernapasan dari manusia dan hewan, pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan erupsi vulkanik. Karbondioksida (CO2), yang bertindak sebagai gas rumah kaca (GRK) dan menyebabkan efek rumah kaca (ERK), yaitu transparan terhadap radiasi gelombang pendek matahari dan menyerap radiasi gelombang panjang bumi. Kenaikan kadar CO2 akan menyebabkan kenaikan temperatur permukaan bumi dan menimbulkan pemananasan global. Sejak revolusi industri konsentrasi CO2 terus naik yang disebabkan antara lain kenaikan pemakaian bahan bakar karbon (BBK) dan hidrokarbon.
6. Ozon (O3)
Ozon (O3) adalah gas yang sangat aktif dan merupakan bentuk lain dari oksigen. Gas ini terdapat terutama pada ketinggian antara 20 dan 30 km. Gas ini juga ada di troposfer. Ozon yang dihasilkan dekat dengan permukaan bumi adalah sebagai polutan. Ozon merupakan komponen utama dalam campuran noxius dari gas dan partikel yang dinamakan photochemical smog, yang terbentuk sebagai hasil dari reaksi diantara polutan yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dan industri. Photochemical smog akan menyebabkan iritasi pada mata dan kerongkongan/ pernapasan dan merusak tanaman. Biasanya digunakan sebagai disinfektan seperti untuk ozonisasi. Peran ozon yang ada di stratosfer adalah untuk melindungi makhluk yang ada di permukaan bumi dari paparan langsung sinar ultraviolet karena radiasi UV mempunyai energi besar dan berbahaya bagi tubuh manusia. Bagi manusia dapat menyebabkan kanker kulit dan dapat merusak tanaman (karena tanaman menyerap radiasi PAR bukan UV).
7. Aerosol
Aerosol merupakan suatu partikel padat atau liquid yang tersuspensi sangat kecil yang berada di atmosfer. Aerosol ini berasal dari butiran air laut (mengandung garam) yang terbawa ke atmosfer akibat evaporasi, partikel debu dari kebakaran, dan asap dari letusan gunung berapi. Aerosol dapat mengurangi jumlah cahaya matahari yang mencapai permukaan bumi dengan menyerap, memantulkan dan membaurkan energi matahari yang datang. Aerosol ini bisa menjadi inti kondensasi dalam pembentukan butiran hujan di awan.
Partikel-partikel atmosfer diatas membentuk kabut, awan, badai, dan lain - lain yang menjadi hambatan atmosfer.
Proses Hambatan Atmosfer
Proses penghambat dapat terjadi dalam bentuk serapan, pantulan, dan hamburan.
Hamburan adalah penyebaran arah radiasi oleh partikel-partikel di atmosfer yang tidak dapat diperkirakan (Lillesand dan Kiefer, 1999). Partikel-partikel penyebab terjadiya hamburan diantaranya adalah partikel oksigen, nitrogen, dan ozon (Mather, 2004). Terdapat lima jenis hamburan di atmosfer:
1. Hamburan Rayleigh
Hamburan Rayleigh terjadi ketika panjang gelombang radiasi lebih besar dibandingkan dengan ukuran partikel penghambur. Hamburan ini terdiri dari material maupun unsur kimia yang sangat ringan seperti nitrogen, oksigen, gas, ozon dan sebagainya. Diameter dari hamburan ini lebih kecil dari spekrtum tampak. Hal ini dicirikan dengan warna langit yang kebiruan. Karena butiran hamburan lebih kecil dibandingkan panjang gelombang pada spektrum nampak maka banyak tersebar pada saluran biru (0,4 – 0,5 μm). Lillesand dan Kiefer (1979) menyebutkan bahwa hamburan Rayleigh menyebabkan foto hitam putih nampak berkabut sedangkan pada foto berwarna memberikan warna abu kebiruan yang mengurangi ketajaman objek pada foto.
2. Hamburan Mie
Hamburan mie terjadi ketika gelombang elektromagnetik berinteraksi dengan berbagai partikel atmosferik dengan ukuran yang kurang lebih sama dengan panjang gelombang tersebut. Hamburan ini cenderung mempengaruhi panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan hamburan Rayleigh. Hamburan ini banyak tersebar pada spektrum hijau (0,5 – 0,6 μm).
Hamburan mie dapat disebabkan oleh dua sumber penyebab hamburan, yaitu partikel yang berasal dari permukaan bumi dan partikel akibat berbagai proses reaksi kimiawi pada atmosfer ataupun kondensasi. Hamburan ini memunculkan efek kabut di atmosfer.
3. Hamburan Non - Selektif
Hamburan non selektif merupakan hamburan yang menghamburkan hampir seluruh spektrum tampak di atmosfer. Hamburan non selektif terjadi ketika gelombang elektromagnetik berinteraksi dengan partikel atmosferik yang berukuran lebih besar dari panjang gelombangnya. Hamburan ini memiliki diameter yang lebih besar dari spektrum nampak dengan material seperti asap, debu, uap air, CO3 dan sebagainya. Hamburan ini memiliki ciri warna langit yang gelap (awan kumulonimbus). Hamburan ini memliki fungsi yang berbeda tergantung dari unsur kimia atau material yang dikandungnya.
Kandungan material atau unsur kimia tersebut dapat berubah tergantung kondisi dari permukaan bumi. Bila semakin banyak hamburan non selektif memungkinkan terjadinya penutupan atmosfer bagian bawah, unsur kimia mempengaruhi tingkat penyebaran pancaran matahari. Penyebaran hamburan ini semakin luasakan mendesak hamburan yang lebih ringan, terutama hamburan yang mengandung unsur karbon.
4. Hamburan umum
Hamburan umum (general case) adalah hamburan ke semua arah yang terjadi bila radiasi mengenai partikel-partikel yang ada dalam atmosfer.
5. Hamburan atmosfer
Hamburan atmosfer adalah hamburan riil yang terjadi di atmosfer. dapat didefinisikan sebagai gabungan dari berbagai hamburan sebagai fungsi dari kondisi atmosfer atau ukuran partikel yang ada di atmosfer.
Serapan merupakan kebalikan dari hamburan. Serapan menyebabkan kehilangan efektif energi ke pembentuk atmosfer. Biasanya meliputi serapan energi pada panjang gelombang tertentu. Penyebabnya adalah uap air, karbon dioksida, dan ozon. Benda yang memiliki serapan tinggi maka pantulannya kecil. Benda yang memiliki pantulan kecil tergambar lebih gelap.
Pengaruh Hambatan Atmosfer Pada Penginderaan Jauh
Dengan keberadaan hambatan atmosfer alat penginderaan jarak jauh seperti satelit, radar, dan sonar tentu akan terhambat. Hambatan yang besar muncul di dalam
atmosfer yang rapat, dan satelit dengan perigee dibawah 120 km memiliki kala
hidup yang pendek. Disisi lain, satelit pada ketinggian diatas 600 km, hambatan
atmosfernya lemah dimana satelit biasanya bertahan pada orbitnya lebih dari
kala hidup operasional satelit. Pada ketinggian ini, gangguan periode orbit
sangat kecil sehingga kita bisa dengan mudah menghitungnya tanpa pengetahuan
yang tepat mengenai kerapatan atmosfer. Di ketinggian menengah, dua variabel
kasar dari sumber energi menyebabkan variasi yang besar dalam kerapatan
atmosfer dan menimbulkan gangguan orbit. Selain itu, pengambilan citra oleh alat penginderaan jauh juga terganggu.
Daftar Pustaka
Juniarti, Riza. 2013. Komposisi Atmosfer.
http://diaryofforecaster.blogspot.co.id/2013/11/komposisi-atmosfer.html
(diakses 14 Oktober 2016)
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra by Lillesand & Kiefer, Fotogrmetri by Paul R. Wolf, Penginderaan Jauh Jilid 1 by Sutanto, dan Insight Magazine edisi 10.
Setiawan, Agnas. 2015. Jenis - jenis hamburan. https://geograph88.blogspot.co.id/2015/08/jenis-jenis-hamburan.html
(diakses 14 Oktober 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar