Selasa, 22 November 2016
Minggu, 06 November 2016
Interpretasi Citra Secara Visual
Interpretasi Citra Secara Visual menurut para ahli :
1.
Vink (1965)
Menurut Vink (1965) interpretasi citra dilakukan dalam
enam tahap:
1. Deteksi
Deteksi
adalah penyadapan data secara selektif atas obyek (tampak langsung) dan elemen
(tak tampak langsung) dari citra.
2. Pengenalan dan
identifikasi,
Kemudian
obyek tersebut dikenali dan obyek tersebut diidentifikasi
3. Analisis
Pada
proses analisis dilakukan proses pemisahan dengan penarikan garis batas
kelompok obyek atau elemen yang memiliki kesamaan wujud.
4. Deduksi
Lalu
dilakukan proses deduksi yang dilakukan berdasarkan asas konvergensi bukti
untuk prediksi terjadinya hubungan tertentu. Konvergensi bukti merupakan
penggunaan bukti-bukti yang masing-masing saling mengarah ke satu titik simpul.
5. Klasifikasi
Klasifikasi
dilakukan untuk menyusun obyek dan elemen ke dalam sistem yang teratur.
6. Idealisasi.
Tahap terakhir
yaitu idealisasi atau penggambaran hasil dari interpretasi tersebut.
Hasil interpretasi citra sangat tergantung atas penafsir citra beserta tingkat referensinya. Tingkat referensi ialah keluasan dan kedalaman pengetahuan penafsir citra. Ada tiga tingkat referensi yaitu umum, lokal dan khusus.
1. Tingkat referensi umum
yaitu pengetahuan umum penafsir citra tentang gejala dan proses yang diinterpretasi.
yaitu pengetahuan umum penafsir citra tentang gejala dan proses yang diinterpretasi.
2. Tingkat referensi lokal
adalah pengetahuan atau keakraban penafsir citra terhadap lingkungan setempat atau daerah yang diinterpretasi.
adalah pengetahuan atau keakraban penafsir citra terhadap lingkungan setempat atau daerah yang diinterpretasi.
3. Tingkat referensi khusus
ialah pngetahuan yang mendalam tentang proses dan gejala yang diinterpretasi.
ialah pngetahuan yang mendalam tentang proses dan gejala yang diinterpretasi.
2.
Lo (1976)
Lo (1976) mengutarakan bahwa interpretasi citra dilakukan
dengan tahap-tahap:
1. Deteksi
2. Merumuskan
identitas obyek dan elemen
Pada
proses perumusan identitas obyek dan elemen yang dideteksi pada citra dan
proses untuk menemukan artinya pentingnya obyek dan elemen tersebut berdasarkan
karakteristik foto seperti ukuran, bentuk, bayangan, rona, tekstur, pola dan
situs.
3. Analisis dan
deduksi
Analisis
dan deduksi digunakan untuk menemukan hubungan atau mencari arti dari proses
yang kedua.
4. Klasifikasi
Klasifikasi
dalam upaya menyajikan sejenis keteraturan dan kaitan antara informasi kualitatif
yang diperoleh. Klasifikasi melalui serangkian keputusan, evaluasi, dan lainnya
berdasarkan kriteria yang ada. Klasifikasi ini menuju kearah teorisasi.
5. Teorisasi
Teorisasi
ialah penyususnan teori berdasarkan penelitian yang bersangkutan atau
penggunaan teori yang ada sebagai dasar analisis dan penarikan kesimpulan
didalam penelitian itu.
3.
Roscoe (1960)
Roscoe (1960) menyatakan bahwa interpretasi citra
meliputi serangkaian pekerjaan yang berupa:
1. Interpretasi awal
Pada
interpretasi awal dilakukan interpretasi dari citra berskala kecil ke arah yang
skalanya lebih besar, dari pola umum ke wujud individual, dari obyek yang mudah
dikenal ke arah yang lebih sukar dikenal.
2. Pembuatan peta
kerja
Dengan
menggunakan peta kerja dan citra yang lebih diinterpretasi, pekerjaan medan
dapat dilakukan lebih efisien.
3. Pekerjaan medan
Pekerjaan
medan terarah lebih baik dan pelaksanaanya lebih singkat. Kadang – kadang di
medan juga dilakukan interpretasi citra untuk mengembangkan informasi baru yang
diperoleh dengan pengamatan langsung.
4. Tinjauan kembali
atas masalah dan metode
Tinjauan
atas masalah dan metode yang dipilih untuk pemecahan masalah perlu dilaksanakan
untuk menyimpulkan apakah ia akan tetap pada masalah yang telah dirumuskan dan
metode yang dipilih
5. Interpretasi akhir,
penarikan kesimpulan, dan kerangka laporannya disusun
6. Kesimpulan dan uji
medan
Sebelum
menulis laporan, lebih baik datang sekali lagi ke daerah penelitian untuk
meyakinakan hal yang perlu diyakinkan atau untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan yang timbul pada interpretasi akhir.
7. Penyajian akhir.
Penyajian
hasil interpretasi dapat dilakukan antara lain dengan menyajikan gambaran dalam
kaitan spasial yang jelas. Untuk maksud ini dapat digunakan foto udara dan citra lainnya yang diberi
notasi, mosaik foto, dan peta.
4.
Umali (1983)
Menurut Umali (1983) interpretasi citra Landsat
dilaksanakan melalui tiga tahap:
1. Tahap analisis
citra
Tahap
analisis citra dimulai dengan mendeteksi rona atau warna pada citra. Umali
menarik garis batas bagi kelompok wujud yang rona atau warnanya sama dan
memisahkannya dari yang lain.
2. Tahap interpretasi
citra
Pekerjaan
ini terdiri dari pengenalan jenis obyek dan polanya. Pengenalan jenis obyek
dilakukan dengan menggunakan unsur spasial seperti ukuran, bentuk, tekstur,
bayangan, dan situsnya. Obyek yang tergambar pada citra tidak hanya dikenali
jenisnya, melainkan juga dikaji polanya atau susunan keruangannya. Pola
tersebut antara lain berupa pola bentuk lahan, pola bentang budaya, pola
aliran, dan pola penggunaan lahan.
3. Tahap interpretasi
disipliner terinci
Pada tahap
terakhir ini jenis dan pola obyek yang tergambar paada citra diinterpretasi
arti pentingnya sesuai dengan tujuan interpretasinya seperti misalnya untuk
geologi, geomorfologi, penggunaan lahan, kehutanan, sumberdaya akuatik, lingkungan,
pertanian, dan hidrologi.
5. Estes et al (1983)
Estes
et al berpendapat bahwa perlu ada kerangka kerja konsepsual atau pardigma bagi hal yang mendasar di dalam penginderaan jauh antara lain bagi asas interpretasi citra. Urgensi paradigma ini lebih terasa lagi setelah berkembangnya analisis
digital data penginderaan jauh pada dua dasawarsa terakhir ini. Analisis
digital seolah-olah terpisah sama sekali dari analisis manual. Tanpa ada
hubungan sedikitpun. Sehubungan dengan ini maka Estes et al mengemukakan suatu
paradigma analisis citra secara manual dan visual dan digital.
Pekerjaan analisis citra
meliputi tiga tahap:
1. Deteksi dan
identifikasi
Pertama dilakukan deteksi dan pemerian obyek penting yang tergambar pada citra
Pertama dilakukan deteksi dan pemerian obyek penting yang tergambar pada citra
2. Pengukuran
Obyek
itu kemudian diukur dengan cara manual atau menggunakan alat. Pengukuran ini
dilakukan atas rona atau warna, bentuk, luas, lereng, bayangan, terkstur, atau
aspek lainnya. Pengukuran ini penting dalam upaya pemecahan masalah.
3. Pemecahan masalah
Pemecahan
masalah dapat beraneka bentuknya, antara lain berupa pengenalan obyek melalui
pengamatan obyek lain atau pengenalan kompleks obyek berdasarkan obyek satu
persatu. Pemecahan masalah juga berarti penggunaan yang tepat data yang telah
diperoleh dari citra penginderaan jauh.
Didalam analisis citra, analis menyusun hipotesis juga. Seorang analis citra menduga bahwa obyek yang tergambar pada citra dan sedang diamati misalnya berupa tanaman jagung atau daerah yang tergambar pada citra berupa daerah pertanian yang subur.
Garis penalaran ialah pengembangan penalaran yang mengarah ke suatu kesimpulan. Satu garis penalaran yang pada dasarnya terdiri dari serangkaian pernyataan yang menggunakan “jika....maka....”. dengan mendasarkan atas penalaran, kita hapus satu persatu pernyataan-pernyataan tersebut, kecuali satu pernyataan yang paling mungkin terjadi.
Analisis citra secara manual pada dasarnya merupakan proses deduktif. Penarikan kesimpulan didasarkan atas apa yang telah diketahui atau didasarkan atas sesuatu yang kebenarannya telah diterima secara umum. Di dalam menyimpulkan jenis obyek atau kondisi suatu daerah yang tergambar pada citra, digunakan lebih dari satu unsur yang masing-masing mengarah ke satu kesimpulan, tidak ada yang bertentangan. Asas inilah yang disebut konvergensi bukti (converging evidence, convergence of evidence).
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)